This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 21 September 2013

Penelitian Kualitatif (Bag I)

Istilah kualitatif menurut Kirk dan Miller sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif yang selalu melibatkan pengukuran pada suatu ciri tertentu. Maka sebenarnya penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, dan perhitungan statistik lainnya. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu poenelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif kedalam, etnomedologi, the Chicago School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Namun istilah tersebut masing-masing hanyalah bentuk istilah lain dari penelitian kualitatif. Terdapat beberapa definisi yang berbeda-beda namun mempunyai inti yang sama mengenai penelitian kualitatif, antara lain seperti yang dikemukakan Bogdan dan Taylor, metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Dalam penelitian ini, tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis. Sementara itu Miles & Huberman, sebagaimana dikutip Tanzeh dan Suyitno, mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller, sebagaimana dikutip Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam iulmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sementara itu Denzin dan Lincoln, sebagaimana yang dikutip Moleong, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari pengertian ini, ternyata para penulis masih tertarik pada persoalan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupkan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode pengumpulan data yakni wawancara terbuka. Cukup banyak definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli penelitian kualitatif. Namun semua definisi tersebut memandang dari perspektif tertentu. Maka penulis akan mencoba mensisntesiskan dari berbagai definisi di atas. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, motivasi dan lainnya, secara holistik atau utuh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode penggalian data yang alamiah.

Prospek dan Tantangan Kredit Usaha Rakyat sebagai Program Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Prospek dan Tantangan Kredit Usaha Rakyat sebagai Program Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Author : Khalis “Hidup menawarkan begitu banyak pilihan. Pilih serta jalani yang terbaik, dan menjadi seorang pemenang!” (Kata bijak) Wirausahawan yang baik, tentu akan menggunakan cara yang baik pula. Filosofi ini lah yang dapat mendorong pelaku usaha kecil dan menengah menggunakan cara yang baik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas usahanya melalui Kredit Usaha Rakyat dengan muatan konsep dan tujuan yang baik pula. Kredit Usaha Rakyat diprakarsai Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia bermitra dengan Bank Rakyat Indonesia dan beberapa bank lainnya diharapkan sebagai solusi “apik” bagi regenerasi usaha. Regenerasi yang dimaksud berkriteria label dan produk usaha yang ditekuni mampu “berkembangbiak” secara sistematis, bukan alamiah. Prinsip usaha “Tidak ada satupun wirausahawan yang mampu bertahan dengan kondisi usaha yang relatif sama selama bertahun-tahun”. Hal inilah menjadi pertimbangan wirausahawan membuka pintu perubahan profit margin dan kuantitas produk melalui permodalan yang mudah diakses dengan resiko minimal. Mungkin perkataan Supardi Lee ada benarnya” ketika anda hanya mengandalkan kemampuan uangnya sendiri, maka anda akan terbentur oleh keterbatasan uang anda. Tapi, ketika anda menggunakan utang, maka batas jumlah uang anda itu menjadi tidak ada. Bila anda berbisnis, maka modal anda bisa dikatakan tidak berbatas bila menggunakan utang. Hasilnya? Ya,... juga tidak berbatas.” Di saat modal yang digunakan “terkuras” habis membeli asset seperti tanah untuk bercocok tanam, bangunan toko untuk tempat berdagang, maupun alat produksi, tentu wirausahawan membutuhkan sumber keuangan meningkatkan eksistensi usaha. Kredit Usaha Rakyat merupakan pilihan tepat bagi nasabah yang ingin mengembangkan usahanya. KUR BRI merupakan produk kredit yang didesain untuk membantu para wirausahawan yang ingin mengembangkan usahanya. Produk ini memiliki persyaratan yang ringan, seperti agunan, umur usaha dan perizinan usaha. Yakni, persyaratan umumnya calon nasabah Warga Negara Indonesia (WNI). Selain itu, usaha telah berjalan minimal satu tahun. KUR Inilah yang menjadi pilihan untuk membangun kembali semangat wirausaha. Lebih dari 700.000 nasabah KUR BRI, yang semula tidak bankable dan menyandang status pengusaha pemula dan mikro, kini naik kelas menjadi nasabah komersil sejak KUR diluncurkan pada 2008. “Mereka ini kemudian sudah bankable. Pinjaman mereka sudah menggunakan prosedur dan administrasi normal. Sebab mereka sudah punya jamiman, aset tetap dan lain sebagainya (Tabloid swa, 15 Februari 2013). Jelas angin perubahan yang selama ini tidak lah sia-sia berhembus. Kementrian Koperasi dan UKM sebagai pemrakarsa menginginkan UKM di Indonesia tetap eksis dan menjadi pendorong ekonomi nasional. Fakta membuktikan, saat terjadi krisis ekonomi Indonesia sejak beberapa waktu lalu, dimana banyak perusahaan-perusahaan berskala besar termasuk bank mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah terbukti lebih tangguh dalam menghadapi masalah krisis tersebut. Lalu, apakah ketangguhan tersebut mampu diwujudkan enterprenuer kita? Ketika seorang enterpreuner memiliki pilihan, tentunya ia akan siap untuk mengemban pilihannya sendiri. Sebelum wirausahawan mengakses KUR BRI, ia telah merencanakan pengembangan usaha. Sudah barang tentu perjalanan kewirausahawannya sekarang adalah perjalanan dengan menatap ke depan, bukan berjalan mundur atau berjalan di tempat layaknya “odong-odong”. KUR BRI menuntun wirausahawan berjalan maju selangkah demi selangkah mematahkan tali putus asa atas kesejahteraan yang selama ini dianggap sebagai angan belaka, ibarat seorang bayi yang dipapah ibunya saat mulai berjalan setelah berbulan-bulan hanya mampu merangkak, hingga ia mampu berjalan dan berlari kencang berkompetesi dengan teman sebayanya hingga ia menjadi pemenang. Tidak cuma bayi saja, seorang wirausahawan juga pemenang. Kita pasti ingat mimpi-mimpi yang pernah berlabuh saat keterbatasan materi dan hanya mampu melihat dan mendengar kisah-kisah sukses sekeliling kita. Beberapa tahun kemudian, penyimak kisah sukses yang bernama wirausahawan merasakan sendiri perubahan-perubahan yang terjadi pada usahanya, ia mulai sadar saat ini sebagai orang yang sukses pula, sesuai kriteria sukses yang pernah ia dengar. Walaupun seorang wirausahawan tidak mau sesumbar, setidaknya penilaian positif orang/pelanggan terhadap usahanya akan membuat ia tersenyum sumringah. Jika demikian hadirlah juara baru dari negeri yang bernama “UKM”, dan ia pun layak dihargai sebagai pemenang. Lantas, bagaimana dengan trofi dan piagamnya? Trofi dan piagam adalah simbolik penghargaan. Seorang wirausahawan memperoleh kedua jenis penghargaan tersebut setiap hari selama di tempat usaha. Bayangkan, tidak ada satu pun atlet atau tokoh di dunia manapun yang memperoleh penghargaan setiap hari, kecuali seorang wirausahawan sejati. Luar biasa. Akhirnya, masa depan UKM sangat ditentukan semangat wirausahawan, kekuatan manajerial dan modal usaha hingga dapat menutup semua lubang jurang kemiskinan yang saat ini semakin melebar. Kesejahteraan bukanlah angan dan kemiskinan kelak hanya jadi pengalaman. Bahan Bacaan Supardi Lee. 2008. Manajemen Diri. Published http://pemudanganjuk.wordpress.com (diakses tanggal 4 Agustus 2013) Tabloid swa, 15 Februari 2013. Kisah Sukses BRI Kelola Kredit Usaha Rakyat. http://swa.co.id/corporate. (diakses tanggal 4 Agustus 2013)

Kamis, 19 September 2013

PROFIL KABUPATEN BENER MERIAH

Kedatangan kaum kolonial Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan tanah Gayo yang sangat cocok untuk budidaya Kopi arabika, tembakau dan damar. Pada masa ini wilayah Takengon dan Bener Meriah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial belanda tersebut didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Sejak saat itu pula daerah ini mulai berkembang sebuah pusat pemasaran hasil bumi dataran tinggi Gayo, khususnya kopi dan sayuran. Kabupaten Bener Meriah yang kini berusia tujuh tahun lebih merupakan Kabupaten baru yang dimekaran dari Kabupaten Induk yaitu Kabupaten Aceh Tengah yang ditetapkan dengan undang–undang Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Sebelum pemekaran Bener Meriah, Aceh Tengah yang berdiri tanggal 14 April 1948 berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-undang No 7 tahun 1956. Wilayahnya meliputi tiga bagian yaitu Takengon, Gayo Lues, dan Tanah Alas. Sulitnya transportasi dan didukung aspirasi masyrakat, akhirnya pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara melalui Undang-undang No 4 tahun 1974. Kemudian, pada 7 Januari 2004, Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan Undang-undang No 41 tahun 2003 yang beribukotakan Simpang Tiga Redelong. Batas Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah Batas wilayah Kabupaten Bener Meriah yaitu : 1. Sebelah utara dibatasi : Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bireuen. 2. Sebelah selatan dibatasi : Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tengah. 3. Sebelah barat dibatasi : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Nagan Raya. 4. Sebelah timur dibatasi : Kabupaten Aceh Timur. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bener Meriah terdiri dari 7 kecamatan, antara lain : 1. Kecamatan Bukit 2. Kecamatan Bandar 3. Kecamatan Wih Pesam 5. Kecamatan Pintu Rime Gayo 6. Kecamatan Permata 7. Kecamatan Timang Gajah 3.4 Kondisi Giografis Dataran Tinggi Gayo. Daerah Dataran Tinggi Gayo atau orang mancanegara menyebutnya dengan sebutan “Miniatur Eropa Pedalaman”, dengan latar hutan pinusnya. Secara giografis daerah ini terletak (Daerah Tingkat II Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah) diantara 4033 Lintang Utara dan 960 45-960 55 Bujur Timur 577.948 ha atau 10,4% luas dari wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dan dengan ketinggian 900-2600 diatas permukaan laut, curah hujan rata-rata terendah adalah 1.089 mm dan tertinggi mencapai 2.409 mm. Dalam pembagian zoning, daerah Dataran Tinggi Tanah Gayo yang luasnya 10,4 % dari luas propinsi NAD tersebut digolongkan sebagai zona pertanian. Hal ini sesuai dengan kondisi daerah yang berada di dataran tinggi Bukit Barisan, yaitu diantara 100-2.600 m di atas permukaan laut dan aktivitas masyarakatnya bergerak dibidang pertanian. Daerah yang mayoritasnya beretnis Gayo ini rona wilayahnya berbukit-bukit dan sedikit lembah. Kondisi ini dapat dilihat dari persentse kelas kemiringan tanah di daerah ini. Tingkat kemiringan 0-2 % sekitar 1,81 %, 2-15 % sekitar 18,55 %, 15-40 % sekitar 54,14 % dan di atas 40 % sekitar 25,50 %. Di samping didominasi gunung dan bukit wilayah yang dikenal berhawa dingin tersebut masih diliputi hutan tropis (campuran). Eksistensi hutan masih cukup luas dan didukung oleh suhu udara rata-rata 200 C serta hujan rata-rata 1.082-2.400 mm/tahun. Kabupaten Bener Meriah terbentang antara 40 34’50” dan 40 54’50” garis Lintang Utara dan Meridian 960 40’75” serta 970 17’ Bujur Timur, dengan letak ketinggian 100-2500 meter di atas permukaan laut. Luas Kabupaten Bener Meriah mencapai 1.454,09 km2 dengan komposisi penggunaan lahan sebagai berikut : 1. Sawah : 3.410,00 Ha (14,60 %) 2. Pekarangan/Bangunan : 3.172,80 Ha (2,18 %)Abdi 3. Tegalan/Kebun/Ladang : 50.384,00 Ha (34,65 %) 4. Hutan Lindung : 21.604,78 Ha (14,86 %) 5. Hutan Produksi : 36.447,00 Ha (25,07 %) 6. Lain-lain : 12.567,22 Ha (8,64 %) Dari 7 Kecamatan yang ada, Kecamatan Syiah Utama merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah 560,00 KM2, sedangkan Kecamatan Wih Pesam memiliki wilayah terkecil dengan luas wilayah 48,08 Km2.

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK REGULASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILUKADA 2012 DI ACEH

Penelitian ini mengangkat masalah model penyelesaian konflik regulasi dalam penyelenggaraan Pemilukada di Aceh yang dipicu oleh konflik antara eksekutif, Legislatif dan KIP, di mana legislatif menganggap KIP dan Pemerintah Aceh mengambil kebijakan menetapkan tahapan-tahapan pemilukada tanpa koordinasi dengan DPRA. Dampak dari terakomodirnya calon perseorangan (Independen) dan penetapan tahapan-tahapan Pemilukada. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan ditentukan penulis yaitu pakar hukum, pakar politik dan pakar kebijakan publik. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa Konflik Pemilukada 2012 di Aceh terjadi karena pemahaman dan kesepakatan para pihak terhadap Qanun No 7 Tahun 2006 dan UUPA Pasal 256 oleh legislatif, eksekutif dan KIP menganggap sebagai landasan pelaksanaan Pemilukada di Aceh. Qanun No 7 Tahun 2006 yang ditetapkan sebelumnya dijadikan acuan oleh KIP dalam menyelenggarakan Pilpres dan Pemilu legislatif pada tahun 2009. Legislatif tidak menerima diberlakukan Qanun No 7 Tahun 2006 oleh KIP dalam menyelenggarakan Pemilukada tahun 2012, karena Qanun No 7 Tahun 2006 mengakomodir partisipasinya calon perseorangan dalam Pemilukada, padahal sesuai dengan UUPA pasal 256, Pemilu/Pemilukada hanya membenarkan calon perseorangan berpartisipasi dalam sekali pemilihan. Dan keikutsertaan calon perseorangan telah dilakukan pada pemilu legislatif pada tahun 2009. Di samping perihal keikutsertaan calon perseorangan, Legislatif menganggap KIP dan Pemerintah Aceh mengambil kebijakan menetapkan tahapan-tahapan pemilukada tanpa koordinasi dengan DPRA. Model penyelesaian konflik Pemilukada 2012 di Aceh dilakukan dengan model Boulding. model Boulding juga digunakan Pemerintah Pusat metode mengakhiri konflik dengan tiga cara, yakni menghindar dari kemungkinan terburuk yang bisa menimbulkan perpecahan antar kelompok dan elit politik yakni Partai Aceh dan calon Independen, menaklukkan kekuasaan partai Aceh dengan memberikan masukan dan pendekatan dan memberi tawaran dengan membuka pendaftaran kembali, dan mengakhiri konflik sesuai prosedur yaitu dengan mengembalikan regulasi Pilkada kepada regulasi awal yang menjadi pedoman KIP Aceh. Menghindari konflik dengan model ini adalah menawarkan kemungkinan pilihan sebagai jawaban terbaik. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa ini hanya bersifat sementara agar kedua pihak dapat memilih jalan terbaik mengakhiri konflik. Menaklukkan adalah pengerahan semua kekuatan untuk mengaplikasikan strategi perlawanan terhadap konflik. Mengakhiri konflik melalui prosedur rekonsiliasi atau kompromi adalah metode umum yang terbaik dan paling cepat mengakhiri konflik

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENUNJANG SEKTOR PERKEBUNAN (Studi di Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara)

Berdasarkan insiatif perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional untuk mendukung suksesnya pelaksanaan pembangunan, maka penelitian yang berjudul “Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Menunjang Sektor Perkebunan (Studi di Kecamatan Kuta makmur Kabupaten Aceh Utara)” layak dilakukan untuk mendukung program pemerintahan di tingkat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perencanaan pembangunan daerah dalam menunjang sektor perkebunan dan mengetahui kendala/permasalahan perencanaan pembangunan daerah dalam menunjang sektor perkebunan terhadap efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan anggaran. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari pegawai Bappeda Kabupaten Aceh Utara, pegawai Kantor Kecamatan Kuta Makmur, Keuchik, serta tokoh masyarakat. Data dianalisis melalui analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sektor perkebunan di Kecamatan Kuta Makmur tidak semuanya tepat sasaran, kendala proses perencanaan pembangunan daerah sektor perkebunan tidak didasarkan data, sebagaimana yang telah penulis uraikan yang bahwa data dalam hal perencanaan pembangunan sektor apapun tidak dapat dijalankan sesuai dengan harapan , proses perencanaan tanpa data (inkreativitas) akan terkendala pada saat pendistribusian bantuan tidak tepat sasaran, seperti tidak tersedianya lahan sesuai dengan peruntukan program proses pengadaan bibit melampaui musim tanam, yang menerima bantuan petani sesaat sehingga proses perencanaan yang telah disiapkan tidak efisiensi, artinya yang timbul kendala yang negatif.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SERTA PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI ( Studi Kasus: Jaringan Irigasi DI. Pante Lhong II Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh)

Daerah Irigasi (DI) Pante Lhong mempunyai areal seluas, 6.562 Ha dengan sumber air dari sungai Krueng Peusangan mempunyai 54 buah bangunan utama yang berfungsi sebagai bangunan pengukur dan pengatur taraf muka air. Analisis kualitatif kinerja pengelolaan petak tersier jaringan irigasi teknis bertujuan untuk mengetahui sub variabel (evaluation factors) yang mempengaruhi kinerja pengelolaan jaringan irigasi teknis di tingkat petak tersier. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) yang dikombinasikan dengan metode field survey jaringan irigasi dan interview dengan petani yang tergabung dalam P3A/Keujruen Blang. Sebanyak 11 (sebelas) represeitatif responden P3A yang tersebar di seluruh DI. Pante Lhong disurvey dan di-inteivieuw mengenai tingkat preferensi P3A terhadap prioritas variabel di Level 1, yaitu organisasi P3A, jaringan irigasi dan pelayanan/pengaturan air irigasi yang diinstrukturkan ke dalam 6 (enam) sub variabel di level 2 dan 7 (tujun) sub sub variabel di level 3. Hasil penelitian diperoleh prioritas kegiatan dengan nilai bobot global terbesar pada level 1 adalah Fasilitas Jalingan Irigasi 40,20% diikuti oleh Pelayanan Pengaturan Air Irigasi 38,50% dan Organisasi P3A 21,300%. Untuk level 2, nilai bobot global terbesar adalah untuk kegiatan Jaringan Irigasi adalah Jaringan, Saluran Pembawa 19,10%, diikuti dengan prioritas ke-2 (kedua) Bangunan irigasi 14,30% dan Jalan Usaha Tani (6,80%). Untuk variabel Pelayanan/pengaturan Air diperoleh nilai bobot global tertinggi adalah Pendistribusian isian Air Irigasi 15,76%, Pengaturan Penggunaan Air 12,50% dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 10,20%. Prioritas kegiatan untuk sub variabel Jaringan/Saluran Pembawa, diperoleh nilai bobot, global terbesar adalah sub variabel Saluran Pembuang 7,50%, Saluran Tersier 6,20% dan Saluran Kuarter 5,40%. Sub variabel Bangunan lrigasi diperoleh nilai global tertinggi adalah Pintu Air 6,00%, Box Tersier 3,60%, Bak Pengukur Tinggi Aliran Air/Staff Gatige 2,60% dan Box Kuarter 2,10%. Daerah Irigasi Pante lhong tersebar ke dalam 2 wilayah kerja Ranting yaitu Pengairan Ranting Bireuen dan Ranting Peusangan terdiri dari seorang kepala Ranting yang dibantu oleh 3 orang juru pengairan 1 orang mandor pemeliharaan dan 40 orang Petugas Pintu Air.

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEDOSFER DI SMA NEGERI 2 KESUMA BANGSA MUARA BATU KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan minat dan hasil belajar siswa pada materi pedosfer di SMA Negeri 2 Kesuma Bangsa Muara Batu kelas X dengan menggunakan model pembelajaran make a match, mengetahui aktivitas guru dan siswa serta mengetahui respons siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebanyak 28 siswa menjadi sumber data dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui pemberian tes, observasi dan wawancara. Selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat ketuntasan tes awal hanya 21%, ketuntasan tes siklus I mencapai 64% dan ketuntasan tes siklus II mencapai 93%. Hasil observasi yang dilakukan oleh 2 guru pengamat terhadap kegiatan guru pada siklus I adalah 74%, meningkat pada siklus II menjadi 88%. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I adalah 69%, meningkat menjadi 88% pada siklus II. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa senang dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan dengan model make a match dalam meningkatkan hasil belajar, karena menurut siswa pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match dapat menciptakan suasana belajar lebih santai dan serius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi pedosfer dengan menggunakan model make a match, dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kesuma Bangsa Muara Batu.