This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 21 September 2013

Penelitian Kualitatif (Bag I)

Istilah kualitatif menurut Kirk dan Miller sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif yang selalu melibatkan pengukuran pada suatu ciri tertentu. Maka sebenarnya penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, dan perhitungan statistik lainnya. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu poenelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif kedalam, etnomedologi, the Chicago School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Namun istilah tersebut masing-masing hanyalah bentuk istilah lain dari penelitian kualitatif. Terdapat beberapa definisi yang berbeda-beda namun mempunyai inti yang sama mengenai penelitian kualitatif, antara lain seperti yang dikemukakan Bogdan dan Taylor, metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Dalam penelitian ini, tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis. Sementara itu Miles & Huberman, sebagaimana dikutip Tanzeh dan Suyitno, mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller, sebagaimana dikutip Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam iulmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sementara itu Denzin dan Lincoln, sebagaimana yang dikutip Moleong, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari pengertian ini, ternyata para penulis masih tertarik pada persoalan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupkan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode pengumpulan data yakni wawancara terbuka. Cukup banyak definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli penelitian kualitatif. Namun semua definisi tersebut memandang dari perspektif tertentu. Maka penulis akan mencoba mensisntesiskan dari berbagai definisi di atas. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, motivasi dan lainnya, secara holistik atau utuh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode penggalian data yang alamiah.

Prospek dan Tantangan Kredit Usaha Rakyat sebagai Program Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Prospek dan Tantangan Kredit Usaha Rakyat sebagai Program Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Author : Khalis “Hidup menawarkan begitu banyak pilihan. Pilih serta jalani yang terbaik, dan menjadi seorang pemenang!” (Kata bijak) Wirausahawan yang baik, tentu akan menggunakan cara yang baik pula. Filosofi ini lah yang dapat mendorong pelaku usaha kecil dan menengah menggunakan cara yang baik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas usahanya melalui Kredit Usaha Rakyat dengan muatan konsep dan tujuan yang baik pula. Kredit Usaha Rakyat diprakarsai Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia bermitra dengan Bank Rakyat Indonesia dan beberapa bank lainnya diharapkan sebagai solusi “apik” bagi regenerasi usaha. Regenerasi yang dimaksud berkriteria label dan produk usaha yang ditekuni mampu “berkembangbiak” secara sistematis, bukan alamiah. Prinsip usaha “Tidak ada satupun wirausahawan yang mampu bertahan dengan kondisi usaha yang relatif sama selama bertahun-tahun”. Hal inilah menjadi pertimbangan wirausahawan membuka pintu perubahan profit margin dan kuantitas produk melalui permodalan yang mudah diakses dengan resiko minimal. Mungkin perkataan Supardi Lee ada benarnya” ketika anda hanya mengandalkan kemampuan uangnya sendiri, maka anda akan terbentur oleh keterbatasan uang anda. Tapi, ketika anda menggunakan utang, maka batas jumlah uang anda itu menjadi tidak ada. Bila anda berbisnis, maka modal anda bisa dikatakan tidak berbatas bila menggunakan utang. Hasilnya? Ya,... juga tidak berbatas.” Di saat modal yang digunakan “terkuras” habis membeli asset seperti tanah untuk bercocok tanam, bangunan toko untuk tempat berdagang, maupun alat produksi, tentu wirausahawan membutuhkan sumber keuangan meningkatkan eksistensi usaha. Kredit Usaha Rakyat merupakan pilihan tepat bagi nasabah yang ingin mengembangkan usahanya. KUR BRI merupakan produk kredit yang didesain untuk membantu para wirausahawan yang ingin mengembangkan usahanya. Produk ini memiliki persyaratan yang ringan, seperti agunan, umur usaha dan perizinan usaha. Yakni, persyaratan umumnya calon nasabah Warga Negara Indonesia (WNI). Selain itu, usaha telah berjalan minimal satu tahun. KUR Inilah yang menjadi pilihan untuk membangun kembali semangat wirausaha. Lebih dari 700.000 nasabah KUR BRI, yang semula tidak bankable dan menyandang status pengusaha pemula dan mikro, kini naik kelas menjadi nasabah komersil sejak KUR diluncurkan pada 2008. “Mereka ini kemudian sudah bankable. Pinjaman mereka sudah menggunakan prosedur dan administrasi normal. Sebab mereka sudah punya jamiman, aset tetap dan lain sebagainya (Tabloid swa, 15 Februari 2013). Jelas angin perubahan yang selama ini tidak lah sia-sia berhembus. Kementrian Koperasi dan UKM sebagai pemrakarsa menginginkan UKM di Indonesia tetap eksis dan menjadi pendorong ekonomi nasional. Fakta membuktikan, saat terjadi krisis ekonomi Indonesia sejak beberapa waktu lalu, dimana banyak perusahaan-perusahaan berskala besar termasuk bank mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah terbukti lebih tangguh dalam menghadapi masalah krisis tersebut. Lalu, apakah ketangguhan tersebut mampu diwujudkan enterprenuer kita? Ketika seorang enterpreuner memiliki pilihan, tentunya ia akan siap untuk mengemban pilihannya sendiri. Sebelum wirausahawan mengakses KUR BRI, ia telah merencanakan pengembangan usaha. Sudah barang tentu perjalanan kewirausahawannya sekarang adalah perjalanan dengan menatap ke depan, bukan berjalan mundur atau berjalan di tempat layaknya “odong-odong”. KUR BRI menuntun wirausahawan berjalan maju selangkah demi selangkah mematahkan tali putus asa atas kesejahteraan yang selama ini dianggap sebagai angan belaka, ibarat seorang bayi yang dipapah ibunya saat mulai berjalan setelah berbulan-bulan hanya mampu merangkak, hingga ia mampu berjalan dan berlari kencang berkompetesi dengan teman sebayanya hingga ia menjadi pemenang. Tidak cuma bayi saja, seorang wirausahawan juga pemenang. Kita pasti ingat mimpi-mimpi yang pernah berlabuh saat keterbatasan materi dan hanya mampu melihat dan mendengar kisah-kisah sukses sekeliling kita. Beberapa tahun kemudian, penyimak kisah sukses yang bernama wirausahawan merasakan sendiri perubahan-perubahan yang terjadi pada usahanya, ia mulai sadar saat ini sebagai orang yang sukses pula, sesuai kriteria sukses yang pernah ia dengar. Walaupun seorang wirausahawan tidak mau sesumbar, setidaknya penilaian positif orang/pelanggan terhadap usahanya akan membuat ia tersenyum sumringah. Jika demikian hadirlah juara baru dari negeri yang bernama “UKM”, dan ia pun layak dihargai sebagai pemenang. Lantas, bagaimana dengan trofi dan piagamnya? Trofi dan piagam adalah simbolik penghargaan. Seorang wirausahawan memperoleh kedua jenis penghargaan tersebut setiap hari selama di tempat usaha. Bayangkan, tidak ada satu pun atlet atau tokoh di dunia manapun yang memperoleh penghargaan setiap hari, kecuali seorang wirausahawan sejati. Luar biasa. Akhirnya, masa depan UKM sangat ditentukan semangat wirausahawan, kekuatan manajerial dan modal usaha hingga dapat menutup semua lubang jurang kemiskinan yang saat ini semakin melebar. Kesejahteraan bukanlah angan dan kemiskinan kelak hanya jadi pengalaman. Bahan Bacaan Supardi Lee. 2008. Manajemen Diri. Published http://pemudanganjuk.wordpress.com (diakses tanggal 4 Agustus 2013) Tabloid swa, 15 Februari 2013. Kisah Sukses BRI Kelola Kredit Usaha Rakyat. http://swa.co.id/corporate. (diakses tanggal 4 Agustus 2013)

Kamis, 19 September 2013

PROFIL KABUPATEN BENER MERIAH

Kedatangan kaum kolonial Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan tanah Gayo yang sangat cocok untuk budidaya Kopi arabika, tembakau dan damar. Pada masa ini wilayah Takengon dan Bener Meriah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial belanda tersebut didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Sejak saat itu pula daerah ini mulai berkembang sebuah pusat pemasaran hasil bumi dataran tinggi Gayo, khususnya kopi dan sayuran. Kabupaten Bener Meriah yang kini berusia tujuh tahun lebih merupakan Kabupaten baru yang dimekaran dari Kabupaten Induk yaitu Kabupaten Aceh Tengah yang ditetapkan dengan undang–undang Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Sebelum pemekaran Bener Meriah, Aceh Tengah yang berdiri tanggal 14 April 1948 berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-undang No 7 tahun 1956. Wilayahnya meliputi tiga bagian yaitu Takengon, Gayo Lues, dan Tanah Alas. Sulitnya transportasi dan didukung aspirasi masyrakat, akhirnya pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara melalui Undang-undang No 4 tahun 1974. Kemudian, pada 7 Januari 2004, Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan Undang-undang No 41 tahun 2003 yang beribukotakan Simpang Tiga Redelong. Batas Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah Batas wilayah Kabupaten Bener Meriah yaitu : 1. Sebelah utara dibatasi : Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bireuen. 2. Sebelah selatan dibatasi : Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tengah. 3. Sebelah barat dibatasi : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Nagan Raya. 4. Sebelah timur dibatasi : Kabupaten Aceh Timur. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bener Meriah terdiri dari 7 kecamatan, antara lain : 1. Kecamatan Bukit 2. Kecamatan Bandar 3. Kecamatan Wih Pesam 5. Kecamatan Pintu Rime Gayo 6. Kecamatan Permata 7. Kecamatan Timang Gajah 3.4 Kondisi Giografis Dataran Tinggi Gayo. Daerah Dataran Tinggi Gayo atau orang mancanegara menyebutnya dengan sebutan “Miniatur Eropa Pedalaman”, dengan latar hutan pinusnya. Secara giografis daerah ini terletak (Daerah Tingkat II Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah) diantara 4033 Lintang Utara dan 960 45-960 55 Bujur Timur 577.948 ha atau 10,4% luas dari wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dan dengan ketinggian 900-2600 diatas permukaan laut, curah hujan rata-rata terendah adalah 1.089 mm dan tertinggi mencapai 2.409 mm. Dalam pembagian zoning, daerah Dataran Tinggi Tanah Gayo yang luasnya 10,4 % dari luas propinsi NAD tersebut digolongkan sebagai zona pertanian. Hal ini sesuai dengan kondisi daerah yang berada di dataran tinggi Bukit Barisan, yaitu diantara 100-2.600 m di atas permukaan laut dan aktivitas masyarakatnya bergerak dibidang pertanian. Daerah yang mayoritasnya beretnis Gayo ini rona wilayahnya berbukit-bukit dan sedikit lembah. Kondisi ini dapat dilihat dari persentse kelas kemiringan tanah di daerah ini. Tingkat kemiringan 0-2 % sekitar 1,81 %, 2-15 % sekitar 18,55 %, 15-40 % sekitar 54,14 % dan di atas 40 % sekitar 25,50 %. Di samping didominasi gunung dan bukit wilayah yang dikenal berhawa dingin tersebut masih diliputi hutan tropis (campuran). Eksistensi hutan masih cukup luas dan didukung oleh suhu udara rata-rata 200 C serta hujan rata-rata 1.082-2.400 mm/tahun. Kabupaten Bener Meriah terbentang antara 40 34’50” dan 40 54’50” garis Lintang Utara dan Meridian 960 40’75” serta 970 17’ Bujur Timur, dengan letak ketinggian 100-2500 meter di atas permukaan laut. Luas Kabupaten Bener Meriah mencapai 1.454,09 km2 dengan komposisi penggunaan lahan sebagai berikut : 1. Sawah : 3.410,00 Ha (14,60 %) 2. Pekarangan/Bangunan : 3.172,80 Ha (2,18 %)Abdi 3. Tegalan/Kebun/Ladang : 50.384,00 Ha (34,65 %) 4. Hutan Lindung : 21.604,78 Ha (14,86 %) 5. Hutan Produksi : 36.447,00 Ha (25,07 %) 6. Lain-lain : 12.567,22 Ha (8,64 %) Dari 7 Kecamatan yang ada, Kecamatan Syiah Utama merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah 560,00 KM2, sedangkan Kecamatan Wih Pesam memiliki wilayah terkecil dengan luas wilayah 48,08 Km2.

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK REGULASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILUKADA 2012 DI ACEH

Penelitian ini mengangkat masalah model penyelesaian konflik regulasi dalam penyelenggaraan Pemilukada di Aceh yang dipicu oleh konflik antara eksekutif, Legislatif dan KIP, di mana legislatif menganggap KIP dan Pemerintah Aceh mengambil kebijakan menetapkan tahapan-tahapan pemilukada tanpa koordinasi dengan DPRA. Dampak dari terakomodirnya calon perseorangan (Independen) dan penetapan tahapan-tahapan Pemilukada. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan ditentukan penulis yaitu pakar hukum, pakar politik dan pakar kebijakan publik. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa Konflik Pemilukada 2012 di Aceh terjadi karena pemahaman dan kesepakatan para pihak terhadap Qanun No 7 Tahun 2006 dan UUPA Pasal 256 oleh legislatif, eksekutif dan KIP menganggap sebagai landasan pelaksanaan Pemilukada di Aceh. Qanun No 7 Tahun 2006 yang ditetapkan sebelumnya dijadikan acuan oleh KIP dalam menyelenggarakan Pilpres dan Pemilu legislatif pada tahun 2009. Legislatif tidak menerima diberlakukan Qanun No 7 Tahun 2006 oleh KIP dalam menyelenggarakan Pemilukada tahun 2012, karena Qanun No 7 Tahun 2006 mengakomodir partisipasinya calon perseorangan dalam Pemilukada, padahal sesuai dengan UUPA pasal 256, Pemilu/Pemilukada hanya membenarkan calon perseorangan berpartisipasi dalam sekali pemilihan. Dan keikutsertaan calon perseorangan telah dilakukan pada pemilu legislatif pada tahun 2009. Di samping perihal keikutsertaan calon perseorangan, Legislatif menganggap KIP dan Pemerintah Aceh mengambil kebijakan menetapkan tahapan-tahapan pemilukada tanpa koordinasi dengan DPRA. Model penyelesaian konflik Pemilukada 2012 di Aceh dilakukan dengan model Boulding. model Boulding juga digunakan Pemerintah Pusat metode mengakhiri konflik dengan tiga cara, yakni menghindar dari kemungkinan terburuk yang bisa menimbulkan perpecahan antar kelompok dan elit politik yakni Partai Aceh dan calon Independen, menaklukkan kekuasaan partai Aceh dengan memberikan masukan dan pendekatan dan memberi tawaran dengan membuka pendaftaran kembali, dan mengakhiri konflik sesuai prosedur yaitu dengan mengembalikan regulasi Pilkada kepada regulasi awal yang menjadi pedoman KIP Aceh. Menghindari konflik dengan model ini adalah menawarkan kemungkinan pilihan sebagai jawaban terbaik. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa ini hanya bersifat sementara agar kedua pihak dapat memilih jalan terbaik mengakhiri konflik. Menaklukkan adalah pengerahan semua kekuatan untuk mengaplikasikan strategi perlawanan terhadap konflik. Mengakhiri konflik melalui prosedur rekonsiliasi atau kompromi adalah metode umum yang terbaik dan paling cepat mengakhiri konflik

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENUNJANG SEKTOR PERKEBUNAN (Studi di Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara)

Berdasarkan insiatif perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional untuk mendukung suksesnya pelaksanaan pembangunan, maka penelitian yang berjudul “Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Menunjang Sektor Perkebunan (Studi di Kecamatan Kuta makmur Kabupaten Aceh Utara)” layak dilakukan untuk mendukung program pemerintahan di tingkat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perencanaan pembangunan daerah dalam menunjang sektor perkebunan dan mengetahui kendala/permasalahan perencanaan pembangunan daerah dalam menunjang sektor perkebunan terhadap efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan anggaran. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari pegawai Bappeda Kabupaten Aceh Utara, pegawai Kantor Kecamatan Kuta Makmur, Keuchik, serta tokoh masyarakat. Data dianalisis melalui analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sektor perkebunan di Kecamatan Kuta Makmur tidak semuanya tepat sasaran, kendala proses perencanaan pembangunan daerah sektor perkebunan tidak didasarkan data, sebagaimana yang telah penulis uraikan yang bahwa data dalam hal perencanaan pembangunan sektor apapun tidak dapat dijalankan sesuai dengan harapan , proses perencanaan tanpa data (inkreativitas) akan terkendala pada saat pendistribusian bantuan tidak tepat sasaran, seperti tidak tersedianya lahan sesuai dengan peruntukan program proses pengadaan bibit melampaui musim tanam, yang menerima bantuan petani sesaat sehingga proses perencanaan yang telah disiapkan tidak efisiensi, artinya yang timbul kendala yang negatif.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SERTA PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI ( Studi Kasus: Jaringan Irigasi DI. Pante Lhong II Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh)

Daerah Irigasi (DI) Pante Lhong mempunyai areal seluas, 6.562 Ha dengan sumber air dari sungai Krueng Peusangan mempunyai 54 buah bangunan utama yang berfungsi sebagai bangunan pengukur dan pengatur taraf muka air. Analisis kualitatif kinerja pengelolaan petak tersier jaringan irigasi teknis bertujuan untuk mengetahui sub variabel (evaluation factors) yang mempengaruhi kinerja pengelolaan jaringan irigasi teknis di tingkat petak tersier. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) yang dikombinasikan dengan metode field survey jaringan irigasi dan interview dengan petani yang tergabung dalam P3A/Keujruen Blang. Sebanyak 11 (sebelas) represeitatif responden P3A yang tersebar di seluruh DI. Pante Lhong disurvey dan di-inteivieuw mengenai tingkat preferensi P3A terhadap prioritas variabel di Level 1, yaitu organisasi P3A, jaringan irigasi dan pelayanan/pengaturan air irigasi yang diinstrukturkan ke dalam 6 (enam) sub variabel di level 2 dan 7 (tujun) sub sub variabel di level 3. Hasil penelitian diperoleh prioritas kegiatan dengan nilai bobot global terbesar pada level 1 adalah Fasilitas Jalingan Irigasi 40,20% diikuti oleh Pelayanan Pengaturan Air Irigasi 38,50% dan Organisasi P3A 21,300%. Untuk level 2, nilai bobot global terbesar adalah untuk kegiatan Jaringan Irigasi adalah Jaringan, Saluran Pembawa 19,10%, diikuti dengan prioritas ke-2 (kedua) Bangunan irigasi 14,30% dan Jalan Usaha Tani (6,80%). Untuk variabel Pelayanan/pengaturan Air diperoleh nilai bobot global tertinggi adalah Pendistribusian isian Air Irigasi 15,76%, Pengaturan Penggunaan Air 12,50% dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 10,20%. Prioritas kegiatan untuk sub variabel Jaringan/Saluran Pembawa, diperoleh nilai bobot, global terbesar adalah sub variabel Saluran Pembuang 7,50%, Saluran Tersier 6,20% dan Saluran Kuarter 5,40%. Sub variabel Bangunan lrigasi diperoleh nilai global tertinggi adalah Pintu Air 6,00%, Box Tersier 3,60%, Bak Pengukur Tinggi Aliran Air/Staff Gatige 2,60% dan Box Kuarter 2,10%. Daerah Irigasi Pante lhong tersebar ke dalam 2 wilayah kerja Ranting yaitu Pengairan Ranting Bireuen dan Ranting Peusangan terdiri dari seorang kepala Ranting yang dibantu oleh 3 orang juru pengairan 1 orang mandor pemeliharaan dan 40 orang Petugas Pintu Air.

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEDOSFER DI SMA NEGERI 2 KESUMA BANGSA MUARA BATU KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan minat dan hasil belajar siswa pada materi pedosfer di SMA Negeri 2 Kesuma Bangsa Muara Batu kelas X dengan menggunakan model pembelajaran make a match, mengetahui aktivitas guru dan siswa serta mengetahui respons siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebanyak 28 siswa menjadi sumber data dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui pemberian tes, observasi dan wawancara. Selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat ketuntasan tes awal hanya 21%, ketuntasan tes siklus I mencapai 64% dan ketuntasan tes siklus II mencapai 93%. Hasil observasi yang dilakukan oleh 2 guru pengamat terhadap kegiatan guru pada siklus I adalah 74%, meningkat pada siklus II menjadi 88%. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I adalah 69%, meningkat menjadi 88% pada siklus II. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa senang dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan dengan model make a match dalam meningkatkan hasil belajar, karena menurut siswa pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match dapat menciptakan suasana belajar lebih santai dan serius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi pedosfer dengan menggunakan model make a match, dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Kesuma Bangsa Muara Batu.

Biografi LK Ara

Lesik Keti Ara atau lebih dikenal dengan L.K. Ara (lahir di Takengon Aceh, 12 November 1937; umur 73 tahun) adalah penyair asal Aceh. Setelah menamatkan sekolah dasar dan menengah di kota Takengon, Aceh Tengah, dia kemudian menetap di Medan dan bekerja di beberapa media cetak. Penyair yang telah melahirkan lebih 20 judul buku dan diterbitkan oleh berbagai penerbit di Indonesia ini, sekarang bermukim di Jakarta. Lewat Yayasan Nusantara bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Aceh dia mengeditori (dengan Taufiq Ismail dan Hasyim.KS) terbitnya antologi sastra budayawan Aceh Seulawah (1995). Dia juga menjadi penyunting buku antologi puisi penyair Aceh Jabal Ghafur 86 dan Aceh dalam puisi (2003) serta dua judul lagi yang masih dalam penyelesaian. Pembaca puisi berkarakter ini, banyak terlibat dalam pembuatan buku-buku budaya di berbagai daerah. terakhir ia menggarap puisi-puisi penyair pulau Bangka-Belitung

Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembelajaran Di SMA Negeri I Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen

Penelitian tentang ”Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembelajaran Di SMA Negeri I Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen’’ yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran di SMA Negeri I Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Subjek dalam penelitian ini seluruh guru di SMA Negeri 1 Peusangan Siblah Krueng yang berjumlah 35 orang yang terdiri dari kepala sekolah 1 orang, 1 orang wakil kepala sekolah, guru tetap 26 orang, guru honor dan guru bakti sejumlah 7 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran di SMA Negeri I Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen adalah minat belajar siswa, perhatian siswa pada materi, kondisi buku catatan, kurangnya motivasi, kepasifan dalam bertanya, kondisi kesehatan mental, lingkungan sekolah yang tidak sensitif terhadap perkembangan anak, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, kondisi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, anak terlalu dimanjakan dengan ekonomi.

Analisis Nilai-nilai Religius dalam Novel ’’Munajat Cinta’’ Karya Taufiqurrahman Al-Azizy

Penelitian ini berjudul Analisis Nilai-nilai Religius dalam Novel ’’Munajat Cinta’’ Karya Taufiqurrahman Al-Azizy ”, yang bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terdapat dalam novel ’’Munajat Cinta’’ karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis analisis hermeneutik. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara membaca novel ’’Munajat Cinta’’ karya Taufiqurrahman Al-Azizy secara cermat, memberi kode data pada kalimat/kutipan yang berisi nilai-nilai sosial budaya, mencatat kalimat/kutipan yang berisi nilai-nilai religius, menganalisis kalimat/kutipan yang berisi nilai-nilai religius. Data dianalisis dengan cara reduksi (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam ’’Munajat Cinta’’ karya Taufiqurrahman Al-Azizy terdapat 3 jenis nilai religius yaitu nilai akidah, nilai ibadah dan nilai muamalah. Nilai aqidah yang ditemukan dalam novel "Munajat Cinta" karya Taufiqurrahman Al-Azizy berupa nilai berharap kepada Allah, mengagungkan Ketuhanan Allah, kematian adalah suatu kepastian, tawakkal kepada Allah, menerima takdir dan cinta-Nya Allah, kematian adalah takdir, ikhlas atas nama Allah, berusaha mendapat ridha Allah, mengagungkan Allah, kepada Allah semua tempat kembali, keinginan untuk menjadi muslim sejati, senantiasa mengingat Allah, keinginan menjalani perintah agama, keyakinan terhadap Allah Maha Pemberi Petunjuk, menyekutukan Allah dan melakukan kemaksiatan, senantiasa mencintai Allah. Nilai ibadah yang ditemukan dalam novel "Munajat Cinta" karya Taufiqurrahman Al-Azizy berupa nilai berdoa ketika akan melakukan pekerjaan, mendengar bacaan ayat suci Alqur’an, melakukan ziarah kubur, ibadah tadarus, berdoa kepada Allah untuk mendapatkan ridha-Nya, shalat zuhur, berwudhu dan shalat subuh, shalat malam (qiyamul lail), berpuasa, memenuhi panggilan shalat subuh, melaksanakan shalat Ashar, mengerjakan shalat sunnat. Sedangkan nilai muamalah yang ditemukan dalam novel "Munajat Cinta" karya Taufiqurrahman Al-Azizy berupa nilai sewa menyewa, mencari nafkah, hutang, membayar kontrakan, berdagang, menawarkan barang, membeli barang-barang, membeli koran, menjual semua barang dagangan dan mengembalikan sisa dagangan.

Analisis Nilai Religius dan Edukatif dalam Legenda Masyarakat Aceh Utara

Penelitian ini berjudul “Analisis Nilai Religius dan Edukatif dalam Legenda Masyarakat Aceh Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius dan edukatif yang terdapat dalam dalam legenda masyarakat Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan penelitian hermeneutik dengan objek salah satu legenda masyarakat Aceh Utara adalah legenda Putro Neng karya Ayi Jufridar. Data dikumpulkan dengan cara, membaca, memahami dan menghayati isi, menentukan bagian-bagian, serta mengidentifikasikan nilai-nilai religius dan edukatif yang terdapat dalam dalam legenda masyarakat Aceh Utara. Analisis data dengan teknik analisis kualitatif dengan langkah-langkah mereduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ditemukan religius yang terdiri atas nilai aqidah, nilai ibadah dan nilai muamalah serta nilai edukatif dalam legenda masyarakat Aceh Utara

Model Pembelajaran Snowball Throwing

Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. 2.4.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Riyanto (2008:123) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan masing-masing materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menyampaikan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian, masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi dan Penutup. 2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Riyanto (2009:145) Kelebihan daripada pendekatan ini adalah : 1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 2. Melatih untuk berdisiplin. Adapun kekurangan dari pada model pembelajaran ini adalah : 1. Mematikan kreatifitas siswa. 2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun2000 Nomor 75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963). Kabupaten ini memiliki Luas wilayah 1.901,21 Km2. Pada Tahun 2006 secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 Kecamatan, 70 Mukim serta 559 Desa dan 2 Kelurahan. Jumlah penduduk pada Tahun 2006 sebanyak 354.763 jiwa yang terdiri dari 174.258 laki-laki dan 180.505 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 0,97 atau dengan kata lain pada setiap seratus penduduk perempuan terdapat 97 orang. Rata-rata kepadatan penduduk untuk setiap kilometer persegi adalah 187 jiwa. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang terendah adalah Pandrah 83 jiwa perkilometer persegi sedangkan kepadatan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Peusangan yang mencapai 43.625 jiwa perkilometer persegi dan hampir seluruh penduduk Kabupaten Bireuen beragama Islam yakni mencapai 99,58 persen. Letak Kabupaten Bireuen sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai kota perdagangan dan pusat pemerintahan karena diapit langsung oleh 4 (empat) Kabupaten. Masing-masing sebagai berikut: 1. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah yang merupakan ”Pintu Gerbang” kawasan sentra produksi komoditas holtikultura. 2. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie yang terkenal dengan hasil kerupuk Melinjo (Emping). 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara sebagai Sentra Industri besar yang diharapkan dapat mengalirkan limpahan (Forward Shiffing) bagi industri kecil, dan 4. Sebelah Utara Berbatasan langsung dengan Selat Malaka Kondisi keamanan di Kabupaten Bireuen saat ini sudah sudah kondusif, aman dan damai. Hal ini telah terwujud setelah penandatanganan MoU perdamaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka pada Tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki. Kondisi sekarang ini pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan sampai ke daerah pedalaman yang sebelumnya hampir tidak tersentuh sama sekali. Dengan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan dan kemakmuran masyarakat, ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2005 sebesar 2,71 persen dan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2006 semakin baik lagi hingga mencapai 3,40 persen. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pendapatan regional perkapita juga mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku, pada Tahun 2006 pendapatan regional perkapita Bireuen mencapai 7.670.272,74 rupiah yang mengalami peningkatan sebesar 9,72 persen di banding tahun lalu. Rata-rata pendapatan regional perkapita Kabupaten Bireuen relatif membaik Luas wilayah Kabupaten Bireuen 190.121 Km2 Ha yang dipergunakan untuk berbagai sektor-sektor sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bireuen Tahun 2011 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1. Persawahan 22.948 12% 2. Perkarangan 16.062 8,44% 3. Tegalan/Kebun 30.631 16,10% 4. Lahan/Huma 38.453 20,20% 5. Padang Rumput 2.045 1,38% 6. Hutan Rakyat 15.156 7,97% 7. Hutan Negara 19.539 10,27% 8. Perkebunan 29.135 15,30% 9. Rawa-rawa 1.998 1,00% 10 Tambak 5.070 2,60% 11. Kolam/Tebat/Empang 52 0,02% 12. Lain-lain 9.032 4,70%

PT Syaukath Sejahtera Cot Jabet Kecamatan Gandapura & PT Blang Keutumba Kecamatan Juli

PT Syaukath Sejahtera Cot Jabet Kecamatan Gandapura PT Syaukath Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit. Unit usaha PT Syaukath Sejahtera memperoleh bahan baku TBS dari kebun-kebun unit PT Syaukath Sejahtera sendiri dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat atau swasta yang berada disekitarnya. Selain memproduksi CPO unit usaha PT Syaukath Sejahtera juga memproduksi PKO yang selanjutnya tidak dipasarkan melainkan akan diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di PT Syaukath Sejahtera. PT Syaukath Sejahtera berada di Kabupaten Bireuen tepatnya Gampong Cot Jabet dengan jarak 1 Km dari Jalan Negara Medan-Banda Aceh. Produk minyak CPO yang dihasilkan PT Syaukath Sejahtera ini dipasarkan dengan system pemesanan oleh pihak konsumen dimana selanjutnya pesanan minyak sawit CPO dikirim kepada pihak konsumen. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Syaukath Sejahtera adalah struktur yang berbentuk lini dan fungsional berdasarkan fungsi. yaitu pembagian atas unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu secara langsung. Pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang Manajer Unit. PT Blang Keutumba Kecamatan Juli PT Blang Keutumba adalah salah satu pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara V yang terletak di Desa Sukatani \ Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. PT Blang Keutumba dibangun tahun 2010 dengan luas areal 17,03 Ha dan luas pencadangan air seluas 111,50 Ha. Commisioning Take Over Test (TOT) dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 dengan kapasitas terpasang 20 ton TBS/jam. Untuk menunjang proses pengolahan di Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Blang Keutumba, bahan baku berasal dari kebun inti Juli yang terdiri dari 6 afdeling dengan luas total 4.601 Ha dan TBS dari masyarakat di sekitar pabrik. Tujuan dari pembangunan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Blang Keutumba adalah untuk: 1. Meningkatkan hasil devisa negara dari komoditi Non Migas yang dapat diekspor berupa minyak dan inti kelapa sawit, 2. Mengolah kelapa sawit dari kebun Juli dan kebun rakyat di sekitarnya, 3. Membuka kesempatan dan lapangan kerja baru yang cukup luas dan diharapkan dapat merangsang pembangunan sektor lainnya, terutama transportasi, perdagangan dan sebagainya, Pemerataan ekonomi dan pembangunan dalam rangka otonomi daerah. Pelaksana operasional Pabrik Kelapa Sawit Blang Keutumba diatur dalam petunjuk pelaksanaan Badan Koordinasi Ketertiban (Bakortiba) yang dibagi sesuai dengan jabatan masing-masing, struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Blang Keutumba. 1. Manejer Tugas dari manejer antara lain, mengelola seluruh asset yang menjadi tanggung jawabnya, berupa kegiatan perencanaan, pelaksanaan operasional dan pemeliharaan pabrik kelapa sawit yang meliputi produksi, pengelolaan teknis lapangan dan administrasi/keuangan serta pengawasannya untuk menghasilkan kinerja, dalam bentuk laba secara maksimal dengan berpedoman pada kebijakan (Rencana Jangka Panjang, Rencana Kerja Anggaran Pendapatan, Rencana Kerja Operasional) yang ditetapkan direksi. Adapun tugas dari manejer dalam Bakortiba antara lain: a) Sebagai pembina Tim Bakortiba, b) Memberikan pengarahan/instruksi kepada ketua tentang pelaksanaan tugas dari masing-masing bagian, c) Membuat keputusan tentang perlu tidaknya melibatkan Dinas Pencegah/Pemadam Kebakaran (DP2K) dari Daerah Tingkat II/Kota, d) Mengawasi pelaksanaan kegiatan dari tiap-tiap regu pada saat kejadian, e) Menentukan keadaan aman. 2. Asisten-asisten Asisten umum, tugas dari asisten umum melaksanakan kegiatan bidang sumberdaya manusia dan umum untuk mencapai kinerja optimal dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan direksi dan arahan manajer. Asisten administrasi, bertugas mengelola bidang administrasi keuangan dan umum di unit kerjanya untuk mencapai kinerja yang optimal dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan direksi. Asisten tekhnik pabrik, bertugas mengelola kegiatan pemeliharaan mesinmesin pabrik kelapa sawit maupun mesin peralatan lain di luar mesin pabrik yang meliputi perencanaan teknis lapangan dan administrasi serta pengawasannya untuk mencapai kinerja yang optimal dengan berpedoman pada kebijakan direksi dan arahan manejer pabrik kelapa sawit. Asisten Pengolahan, bertugas melaksanakan kegitan operasional pengolahan dan pengawasan pada shifnya untuk mencapai kinerja yang optimal dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh manejer PKS. Asisten Pengendalian Mutu, bertugas melaksanakan pengawasan mutu operasional, mutu bahan baku, mutu produksi, tingkat kehilangan, tingkat rendeman, mutu air umpan ketel uap dan mutu limbah dalam sifatnya untuk mencapai kinerja yang optimal dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan direksi dan arahan manejer pabrik. Untuk kegiatan K3 dikelola pada Asisten Pengendalian Mutu. 3. Kepala Pengamanan (Papam) Kepala Pengamanan atau Papam bertugas untuk menjaga keamanan di lingkungan pabrik, sehingga tidak terjadi keributan/gangguan keamanan yang dapat mengganggu berjalannya proses produksi. Pengamanan pabrik terbagi dua bagian, yaitu pengamanan di dalam lokasi pabrik serta pengamanan di sekitar pabrik. Pengamanan di dalam pabrik pada umumnya untuk mengamankan para pekerja serta peralatan yang ada di dalam pabrik, sedangkan pengamanan di luar pabrik secara umum untuk menghindari gangguan keamanan dari luar.

Partisipasi Masyarakat Gampong Pusong Kota Lhokseumawe dalam Pengelolaan Sampah

Penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Gampong Pusong Kota Lhokseumawe dalam Pengelolaan Sampah” bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat Gampong Pusong Kota Lhokseumawe dalam pengelolaan sampah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan obsevasi, wawancara dan dokumentasi. Jumlah sumber data dalam penelitian ini adalah 23 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden belum sepenuhnya mempunyai minat untuk membersikan tempat sarana umum, mereka hanya mengumpulkan sampah, kesadaran masyarakat dalam membuang sampah menjadi hambatan yang paling mempengaruhi pengelolaan sampah di gampong ini, kadang-kadang ikut membantu program pemerintah tentang pengelolaan sampah, masyarakat yang menjawab setuju apabila pemerintah desa mencanangkan dana pengelolaan sampah dikutip dari masyarakat, sebagian responden mengelola sampah dengan mengumpulkan di satu tempat. Masalah ekonomi seperti kemiskinan sangat berpengaruh hingga pengelolaan sampah di abaikan.

Analisis Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen’’ bertujuan untuk menganalisis pendapatan petani kakao di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen

Penelitian tentang ”Analisis Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen’’ bertujuan untuk menganalisis pendapatan petani kakao di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Objek dalam penelitian ini adalah pendapatan petani kakao di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Sedangkan subjek penelitian petani yang memiliki lahan dan tanaman kakao di Kecamatan Peudada. Untuk memudahkan penelitian ini diambil subjek petani di Gampong Meunasah Krueng dan Gampong Jaba yang memiliki jumlah petani sebanyak 30 orang. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani kakao terbagi atas lima tingkatan pendapatan yakni Rp. 1.125.000 - 2.250.000 dengan jumlah petani sebanyak 16 orang atau 53%, pendapatan Rp. 2.250.000 - 4.500.000 dengan jumlah petani sebanyak 7 orang, pendapatan Rp. 4.500.000-6.000.000 dengan jumlah petani sebanyak 4 orang atau 13%, pendapatan Rp.6.000.000- 10.000.000 sebanyak 1 orang atau 3%, dan petani dengan pendapatan Rp. 10.000.000-20.000.000 sebanyak 1 orang.

Dampak Konversi Lahan Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Gampong Barat Lanyan Kecamatan Jangka

Penelitian ini berjudul” Dampak Konversi Lahan Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Gampong Barat Lanyan Kecamatan Jangka’’ bertujuan untuk untuk mendeskripsikan mengetahui dampak konversi lahan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Gampong Barat Lanyan Kecamatan Jangka. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Sampel terpilih dalam penelitian ini sebanyak 69 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konversi lahan berdampak langsung terhadap hasil pertanian masyarakat Gampong Barat Lanyan Kecamatan Jangka, karena semakin luas lahan yang dikonversi, maka semakin banyak jenis tanaman pertanian dapat ditanaman dan berproduksi untuk dijual. Konversi lahan berdampak langsung terhadap pendapatan, semakin luas lahan dikonversi, maka semakin banyak produksi pertanian yang memiliki nilai ekonomis menghasilkan pendapatan bagi petani.

Penanggulangan Masyarakat Buta Aksara Melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) (Studi Kasus di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara

Penanggulangan Masyarakat Buta Aksara Melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) (Studi Kasus di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara” untuk mengetahui peranan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam menanggulangi buta aksara di Kecamatan Sawang, metode yang digunakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam upaya penanggulangan buta aksara di Kecamatan Sawang, bentuk kegiatan yang dilakukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam menanggulangi buta aksara di Kecamatan Sawang serta kendala yang dihadapi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam upaya menanggulangi buta aksara di Kecamatan Sawang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah jenis deskriptif. Data penelitian ini berasal dari observasi, wawancara serta menggunakan sumber non-manusia/dokumentasi. Penentuan informan diambil dengan menggunakan teknik bola salju (Snowball Sampling). Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan PKBM dalam pengentasan buta aksara di Kecamatan Sawang adalah mempercepat peningkatan tingkat melek huruf dan memfasilitasi masyarakat untuk mempelajari Keterampilan CALISTUNG (Membaca,Menulis, Berhitung). Dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya peranan PKBM dalam pengentasan buta aksara di Kecamatan Sawang adalah terciptanya kemandirian secara ekonomi sebagai salah satu ciri keberdayaan, terberdayakannya kaum perempuan dan terangkatnya martabat perempuan dalam status sosial. Tingkat keberhasilan yang dilakukan PKBM dalam pengentasan buta aksara di Kecamatan Sawang adalah secara perorangan maupun kelompok memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta aspirasi dalam termanfaatkan sumber daya lokal secara optimal dan produktif sehingga perolehan pendapatan bertambah dan kebutuhan hidup diri dan keluarganya terpenuhi. Mekanisme yang di jalankan PKBM dalam pemberantasan buta aksara di Kecamatan Sawang dilakukan dengan cara mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran, penguatan kapasitas pamong, pengembangan kurikulum yang kompetetif, pemanfaatan waktu dan tempat pembelajaran, melakukan evaluasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Jual Tanah di Kabupaten Bireuen"”.

Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai jual tanah di Kabupaten Bireuen. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi/pengamatan obyek dan wawancara dengan pegawai kantor Pertanahan Nasional dan beberapa sampel dari masyarakat di Kota Bireuen serta bahan sekunder, yang berupa buku- buku .jumal, hasil penelitian guna memberikan penjelasan mengenai nilai jual tanah. Data sekunder selain di peroleh dari dari studi pustaka, studi dokumen dan studi arsip juga melalui eksplorasi dari internet. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai jual tanah faktor ekonomi dengan persentase 38%, faktor social dengan persentase 25% dan faktor fisik dan faktor pemerintah dengan persentase 27%. Permintaan masyarakat sangat dominan dalam faktor ekonomi yang ikut menentukan harga jual tanah. Meningkatnya kejahatan atau tingkat kriminal sangat mempengaruhi harga jual tanah di Kabupaten Bireuen. Kebijakan UU Agraria sangat mempengaruhi harga jual tanah di Kabupaten Bireuen. Struktur atau jenis tanah sangat mempengaruhi harga jual tanah di Kabupaten Bireuen.